Total Statistik Pengunjung

23.8.19

Ayat Ruqyah

Ayat Ruqyah Syar’iyyah Berikut beberapa ayat-ayat ruqyah syar’iyyah untuk diri sendiri yang bisa Anda amalkan. Terkadang ada yang menyebutkannya sebagai ruqyah syari’ah, tidak sepenuhnya salah akan tetapi yang lebih tepat adalah ruqyah syar’iyyah. Semoga Allah berikan kesembuhan. Ayat Ruqyah #1: Al-Fatihah بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ Arab-Latin: bismillāhir-raḥmānir-raḥīm Terjemah Arti: Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. — Surat Al-Fatihah Ayat 1 Terjemahan Tafsir Bahasa Indonesia (Isi Kandungan) Aku memulai membaca Alquran dengan menyebut nama Allah sambil memohon pertolongan kepada-Nya. Allah adalah merupakan nama  Untuk Robb Yang Maha banyak berkahnya lagi Maha Tinggi, zat yang berhak diibadahi yang tidak ada yang lain selain-Nya. Dan ini adalah merupakan nama paling khusus diantara nama-nama Allah ta'ala yang tidak dinamai dengan nama ini  selain Allah yang Maha banyak berkahnya lagi Maha Tinggi. الرَّحْمَنِ  (yang maha pengasih) yang memiliki Rahmat umum yang meliputi seluruh makhluk,  الرَّحِيمِ (yang maha penyayang) yakni kepada orang-orang Mukmin. dan keduanya merupakan dua nama diantara nama Allah ta’ala yang keduanya mencakup penetapan sifat Rahmah (menyayangi) bagi Allah sebagaimana yang layak bagi keagungannya. (Tafsir al-Muyassar) 1. Dengan menyebut nama Allah aku mulai membaca Al-Qur`ān ini. Aku memohon pertolongan Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- dan berharap keberkahan dengan menyebut nama-Nya. Lafal Basmalah mengandung tiga nama Allah yang sangat baik, yaitu: 1. Allāh, Zat yang berhak disembah, dan nama ini merupakan nama khusus hanya berlaku bagi Allah -Ta'ālā-, sehingga siapa pun tidak diperkenankan menyandang nama tersebut selain Dia -Subḥānahu-. 2. Ar-Raḥmān, pemilik rahmat yang luas, Dia Zat yang maha pengasih. 3. Ar-Raḥīm, pemilik rahmat yang menyeluruh. Dia merahmati siapa pun yang dikehendaki-Nya dari makhluk-Nya, dan di antaranya hamba-hamba-Nya yang beriman. (Tafsir al-Mukhtashar) {Bismillaahirrahmaanirrahiim} Aku memulai bacaanku seraya meminta pertolongan dengan menyebut nama Allah dan DzatNya. Dialah Dzat yang penuh rahmat (kasih sayang) dan kebaikan yang dilimpahkan kepada mereka yang diberkahi. Sifat Ar-Rahman cakupannya lebih luas daripada Ar-Rahim. Nama Allah dimunculkan berdasarkan dzat, hakikat dan wujudNya (Tafsir al-Wajiz) بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ Para ulama berbeda pendapat dalam basmalah ini, sebagian mereka berpendapat bahwa basmalah adalah ayat yang berdiri sendiri pada setiap awal surat ; pendapat lain berkata bahwa ia termasuk ayat pada setiap surat, dan mungkin adalah termasuk ayat hanya dari surat al-Fatihah; pendapat lain berkata bahwa ia bukan merupakan ayat pada setiap surat dan penulisannya hanya sebagai pembatas diantara dua surat. Akan tetapi para ulama sepakat bahwa ia adalah bagian dari sebuah ayat pada surat an-Naml. اللَّهِ nama yang hanya disematkan untuk Allah Ta’ala, yang berasal dari kata (الإله), yang sebelum penghilangan hamzahnya disematkan untuk segala yang disembah baik itu sesembahan yang haq maupun yang batil, dan kemudian penggunaannya condong kepada sesembahan yang haq. الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ keduanya adalah nama yang diambil dari kata rahmat; dan nama Rahman memiliki makna yang lebih dalam daripada nama Rahim, dan nama Rahman tidak disematkan kecuali untuk Allah Azza Wajalla. (Zubdatut Tafsir) الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ al-ḥamdu lillāhi rabbil-'ālamīn Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. — Surat Al-Fatihah Ayat 2 Pujian kepada Allah dengan  sifat-sifatnya yang semuanya merupakan sifat-sifat kesempurnaan dan karena nikmat-nikmat nya yang nampak maupun yang tersembunyi, yang bersifat agamawi maupun duniawi, yang didalamnya terkandung perintah bagi para hambanya untuk memuji-Nya karena Dialah satu-satunya yang berhak mendapat pujian. Sebab Dialah yang mengadakan semua makhluk, yang menangani urusan-urusan mereka, yang mengatur seluruh makhlukNya dengan nikmat-nikmat nya dan membimbing para wali-Nya dengan iman dan amal sholeh. (Tafsir al-Muyassar) 2. Segala bentuk pujian berupa keagungan dan kesempurnaan hanya bagi Allah semata, karena Dia Tuhan segala sesuatu, Pencipta dan Pengaturnya. "Al-'Ālamūn" adalah bentuk plural dari "Ālam" yaitu segala sesuatu selain Allah -Ta'ālā-. (Tafsir al-Mukhtashar) Pujian lisan dan hati (tercurah) atas kesempurnaan nikmat Allah. (Dialah) Sebenar-benar Dzat yang disembah, Pengayom alam semesta yang terdiri dari manusia, jin, malaikat, dan setan, sekaligus Raja dan Pengatur urusan-urusan mereka. Dialah Dzat yang paling berhak menerima segala pujian hati maupun lisan (Tafsir al-Wajiz) الْحَمْدُ لِلَّهِ (الحمد) merupakan pujian dengan lisan kepada sesuatu yang indah, yang dilakukan kerena kesempurnaan yang ada pada sesuatu yang dipuji meskipun bukan merupakan balasan dari sebuah kenikmatan. Sedangkan (الشكر) merupakan pujian dengan lisan, hati, serta perbuatan yang tidak dilakukan kecuali sebagai bentuk balasan dari sebuah kenikmatan. Sehingga Allah Ta’ala adalah Dzat yang berhak atas (الحمد) dan (الشكر). رَبِّ الْعَالَمِينَ Ar-Rabb merupakan salah satu nama Allah yang tidak disematkan kepada selain-Nya kecuali bila disandangkan dengan kata yang lain, misal: (الرجل رب المنزل) orang ini adalah pemilik rumah. Dan ar-Rabb berarti Pemilik, Tuhan, Pengatur, dan yang Disembah. Sedangkan kata (العالمين) adalah bentuk jamak dari kata (العالم) yang berarti segala sesuatu kecuali Allah Ta’ala; dan menurut mendapat lain berarti makhluk yang berakal yakni manusia, jin, malaikat, dan setan. (Zubdatut Tafsir) الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ ar-raḥmānir-raḥīm Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. — Surat Al-Fatihah Ayat 3 الرَّحْمَنِ (yang maha pengasih) maksudnya yang memiliki Rahmat umum yang mencakup seluruh alam, الرَّحِيمِ (yang maha penyayang) yakni terhadap orang-orang Mukmin. dan keduanya merupakan dua nama diantara nama-nama Allah. (Tafsir al-Muyassar) 3. Ini merupakan sanjungan untuk Allah -Ta'ālā- setelah memuji-Nya di ayat sebelumnya. (Tafsir al-Mukhtashar) Dzat yang memiliki keluasan dan keabadian rahmat di dunia dan akhirat (Tafsir al-Wajiz) الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ Tafsir dari kalimat ini telah dijelaskan sebelumnya. Setelah disebutkan bahwa Allah Ta’ala disifati sebagai (رب العالمين) Pemilik semesta alam yang memberi rasa ketakutan dalam hati makhluk-Nya, maka Allah menyandingkan kata (الرحمن الرحيم) yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang karena mengandung makna kecintaan. Sehingga terkumpul dalam sifat-sifat-Nya antara sifat untuk takut dari Allah dan cinta kepada-Nya agar lebih memudahkan untuk menjalankan ketaatan kepada-Nya. (Zubdatut Tafsir) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ māliki yaumid-dīn Yang menguasai di Hari Pembalasan. — Surat Al-Fatihah Ayat 4 Dialah Allah Subhanahu Wa Ta'ala Satu-satunya yang memiliki kekuasaan pada hari kiamat, yaitu hari pembalsan atas amal perbuatan. Dalam bacaan seorang muslim terhadap ayat ini dalam setiap rokaat dari shalat-salatnya,  terkandung peringatan baginya akan datangnya hari akhir  dan juga memberi motivasi kepadanya untuk mempersiapkan diri dengan amal Shalih dan menahan diri dari maksiat-maksiat dan keburukan keburukan. (Tafsir al-Muyassar) 4. Pengagungan kepada Allah -Ta'ālā- bahwa Dia lah Sang Maha Raja Pemilik segalanya pada hari kiamat, tak satu jiwa pun memiliki kuasa atas jiwa lainnya. "Yaumuddīn" berarti hari Pembalasan dan Perhitungan. (Tafsir al-Mukhtashar) Raja segala urusan pada hari perhitungan dan hari pembalasan; dan Dialah satu-satunya penguasa pada hari itu (Tafsir al-Wajiz) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ Ayat ini diriwayatkan dengan dua bacaan (مَلِك) yang berarti raja dan (مالك) yang berarti pemilik sesuatu, ada pendapat mengatakan bahwa kata (مَلِك) lebih luas dan lebih dalam maknanya daripada kata (مالك), karena perintah raja harus dilaksanakan oleh pemilik sesuatu apabila pemilik tersebut berada didaerah kekuasaan sang raja, sehingga perbuatan seorang pemilik harus dibawah aturan sang raja. Sedangkan pendapat yang lain mengatakan bahwa kata (مالك) lebih dalam maknanya daripada kata (مَلِك) karena bisa jadi ia adalah pemilik manusia dan yang lainnya. Adapun sebenarnya perbedaan dari dua sifat tersebut jika dinisbahkan pada Allah Ta’ala adalah bahwa (مَلِك) adalah sifat dari Dzat Allah Ta’ala sedangkan (مالك) adalah sifat dari perbuatan Allah Ta’ala. Sedangkan makna (يوم الدين) adalah hari pembalasan dari Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya. Imam Qatadah berkata: (يوم الدين) adalah hari dimana Allah Ta’ala memberi balasan kepada hamba-hambaNya atas perbuatan mereka. (Zubdatut Tafsir) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ iyyāka na'budu wa iyyāka nasta'īn Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. — Surat Al-Fatihah Ayat 5 Kami mengkhususkan Engkau dengan ibadah, dankami  hanya memohon pertolongan kepada Engkau saja dalam semua urusan kami Sebab semua urusan berada di tangan-Mu, tidak ada seorang pun selain mu yang memiliki sebesar biji sawi sekalipun darinya. Dan dalam ayat ini terkandung petunjuk bahwa seorang hamba tidak boleh melakukan sesuatu pun dari jenis-jenis ibadah seperti berdoa, Istighosah, menyembelih dan thowaf kecuali  untuk Allah Semata, dan di dalamnya juga terkandung obat hati  dari penyakit berupa bergantung kepada selain Allah, dan dari penyakit Ria, ‘ujub dan sombong. (Tafsir al-Muyassar) 5. Kami mempersembahkan segala jenis peribadatan dan ketaatan hanya kepada-Mu, dan kami tidak menyekutukan-Mu dengan siapapun. Hanya dari-Mu saja lah kami meminta pertolongan dalam semua urusan kami, karena di tangan-Mu lah segala macam kebaikan. Dan tidak ada penolong lain selain Engkau. (Tafsir al-Mukhtashar) Kami khususkan kepadaMu, Ya Allah, ibadah dan permohonan pertolongan kami. Kami tidak akan menyembah dan meminta pertolongan kepada selain Engkau (Tafsir al-Wajiz) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ Yakni, kami mengkhususkan ibadah hanya untuk-Mu dan kami mengkhususkan pertolongan hanya kepada-Mu, kami tidak menyembah selain-Mu dan kami tidak meminta pertolongan selain-Mu. Dan makna secara bahasa dari ibadah adalah batas terjauh dari tunduk dan taat; sedangkan makna secara syar’i adalah sesuatu yang terkumpul didalamnya kesempurnaan cinta, tunduk, dan takut. Penggunaan kata ganti “kami” dalam ayat ini (dari sisi kebahasaan bahasa Arab) sebagai ungkapan dari orang yang berdo’a dan orang lain, dan bukan dimaksudkan sebagai penghormatan diri. Sedangkan kata ibadah didahulukan dari kata permintaan pertolongan karena ibadah merupakan wasilah/jalan untuk meminta pertolongan. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas terntang tafsir dari ayat ini (إياك نعبد) yakni: Wahai Rabb kami hanya kepada-Mu kami mengesakan dan takut, tak ada selain-Mu. (وإياك نستعين) dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan dalam menjalankan ketaatan-Mu dan dalam segala urusan kami, tak ada selain-Mu. Dan diriwayatkan dari Qatadah bahwa ia berkata: Allah Ta’ala telah memerintahkan kalian agar ikhlas dalam beribadah kepada-Nya dan agar senantiasa memohon pertolongan dalam segala urusan kalian. (Zubdatut Tafsir) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm Tunjukilah kami jalan yang lurus, — Surat Al-Fatihah Ayat 6 Tunjukilah dan bimbinglah kami serta berilah Taufik bagi kami menuju jalan yang lurus, teguhkanlah kami di atasnya hingga kami bertemu dengan-Mu kelak. Yaitu agama Islam yang merupakan Jalan yang jelas  yang menyampaikan kepada keridhoan Allah dan kepada surga-Nya yang telah ditunjukkan oleh penutup para Rosul dan Para Nabi Allah, yaitu  Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. maka tidak ada jalan menuju kebahagiaan bagi seorang hamba kecuali dengan Istiqomah di atas jalan tersebut. (Tafsir al-Muyassar) 6. Tunjukilah kami jalan yang lurus, tuntunlah kami ke sana, dan teguhkanlah kami di atasnya serta tambahkanlah hidayah bagi kami. Arti "aṣ-Ṣirāṭ al-Mustaqīm" adalah jalan yang terang serta tak berkelok, yaitu Islam yang Allah mengutus Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dengannya. (Tafsir al-Mukhtashar) Tuntunlah kami menuju jalan yang lurus, jelas dan tidak menyimpang, yaitu islam dan iman (Tafsir al-Wajiz) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ Makna dari (الهداية) adalah petunjuk atau pertolongan untuk menjalankan ketaatan; sedangkan permintaan petunjuk dari yang diungkapkan oleh orang yang telah mendapat petunjuk berarti ia meminta tambahan hidayah dari hidayah yang telah ada. Sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala: “Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya.” (QS. Muhammad : 17) Makna dari (الصراط المستقيم) secara bahasa adalah: jalan yang tidak berbelok; dan yang dimaksud dalam ayat adalah jalan Islam. Dijelaskan dalam hadist yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dan Tirmidzi dari an-Nawwas bin Sam’an dari Rasulullah SAW beliau Bersabda: “Allah memberikan perumpamaan berupa sirath mustaqim (jalan yang lurus). Kemudian di atas kedua sisi jalan itu terdapat dua dinding. Dan pada kedua dinding itu terdapat pintu-pintu yang terbuka lebar. Kemudian di atas setiap pintu terdapat tabir penutup yang tejulur. Dan di atas pintu jalan terdapat penyeru yang berkata, “Wahai sekalian manusia, masuklah kalian semua ke dalam Shirath dan janganlah kalian menoleh kesana kemari!” Sementara di bagian dalam dari Shirath juga terdapat penyeru yang selalu mengajak untuk menapaki Shirath, dan jika seseorang hendak membuka pintu-pintu yang berada di sampingnya, maka ia berkata, “Celaka kau! Janganlah sekali-kali membukanya! Karena jika kau membukanya maka kau akan masuk kedalamnya.” Ash-Shirath itu adalah Al-Islam. Kedua dinding itu merupakan batasan-batasan Allah Ta’ala. Sementara pintu-pintu yang terbuka adalah hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Dan adapun penyeru di depan Shirath itu adalah Kitabullah (Al-Qur`an) ‘Azza wa Jalla. Sedangkan penyeru dari atas Shirath adalah penasihat Allah (naluri) yang terdapat pada setiap kalbu seorang mukmin.” (Zubdatut Tafsir) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ ṣirāṭallażīna an'amta 'alaihim gairil-magḍụbi 'alaihim wa laḍ-ḍāllīn (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. — Surat Al-Fatihah Ayat 7 Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri kenikmatan kepada mereka dari kalangan para nabi, orang-orang yang benar imannya, orang-orang yang mati syahid, orang-orang Shalih. Mereka  itulah orang-orang yang memperoleh Hidayah dan istiqomah. Dan jangan Jadikan kami termasuk orang-orang yang menempuh jalan orang-orang yang dimurkai,yaitu orang-orang yang mengetahui kebenaran namun tidak mengamalkannya. Mereka adalah  orang-orang Yahudi dan orang-orang seperti mereka. Sedangkan orang-orang yang sesat adalah orang-orang yang tidak diberi petunjuk dari kejahilan mereka hingga akibatnya mereka sesat jalan. Mereka adalah orang-orang Nasrani dan orang-orang yang mengikuti jalan hidup mereka. Di dalam doa ini terkandung obat bagi hati seorang muslim dari penyakit pembangkangan,kebodohan dan kesesatan. dan juga terkandung dalil bahwasannya nikmat paling Agung secara mutlak adalah nikmat Islam. Maka barangsiapa yang lebih mengetahui kebenaran dan lebih mengikutinya maka dia lebih pantas meraih Hidayah jalan yang lurus. Dan  tidak ada keraguan bahwa para sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam adalah  orang-orang yang paling utama meraih hal itu setelah para nabi alaihim salam. maka ayat ini menunjukkan keutamaan dan Agung nya kedudukan mereka. Semoga Allah meridoi mereka. Dan disunnahkan bagi orang yang membaca Alquran dalam sholat untuk mengucapkan “Amin”  setelah membaca surat al-fatihah. dan maknanya adalah  “Ya Allah kabulkanlah doa kami”.  dan ia bukan suatu ayat dari surat al-fatihah menurut kesepakatan para ulama oleh karena itu mereka telah bersepakat untuk tidak  menulisnya di dalam mushaf. (Tafsir al-Muyassar) 7. Jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang telah Engkau beri nikmat dari hamba-hamba-Mu berupa hidayah, seperti para Nabi, para ṣiddīqīn (pecinta kebenaran), para syuhada dan orang-orang saleh. Mereka adalah teman terbaik; bukan jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang dimurkai, yaitu orang-orang yang mengetahui kebenaran tetapi tidak mau mengikutinya seperti orang-orang Yahudi; dan bukan pula jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang tersesat dari jalan yang benar, yaitu orang-orang yang tidak menemukan jalan yang benar karena keteledoran mereka dalam mencari kebenaran dan mencari petunjuk seperti orang-orang Nasrani. (Tafsir al-Mukhtashar) Jalannya orang-orang yang Engkau anugerahi nikmat, yaitu para malaikat, para nabi, orang-orang yang membenarkan (agamaMu), orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih. Bukan (jalannya) mereka yang Engkau murkai, yaitu orang-orang yang karena kesombongannya mereka menyimpang dari jalan kebenaran dan lurus, orang-orang yang karena kebodohannya mereka menjauh dari jalan kebenaran, orang yang mengikuti kepercayaan dan keyakinan selain Islam, orang-orang yang fasik dan orang-orang munafik. ((Amin)) Ya Allah kabulkanlah (doa) kami (Tafsir al-Wajiz) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ Mereka adalah orang-orang yang disebutkan dalam surat an-Nisa’ ayat 69-70 : “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu dengan Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan cukuplah Allah (sebagai Dzat yang) Maha mengetahui. غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ Yakni orang-orang Yahudi. وَلَا الضَّالِّينَ Yakni orang-orang Nasrani. Hal ini disebabkan karena orang-orang Yahudi mengetahui kebenaran akan tetapi memeranginya sehingga mereka berhak mendapat kemarahan dari Allah Ta’ala. Sedangkan orang-orang Nasrani memerangi kebenaran disebabkan kebodohan yang ada pada mereka sehingga mereka berada dalam kesesatan yang nyata dalam masalah nabi Isa. Disebutkan dalam hadist yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Majah dari Aisyah bahwa Rasulullah bersabda: “tidaklah orang-orang Yahudi dengki terhadap sesuatu melebihi kedengkian mereka terhadap salam dan kalimat amin (yang ada dalam Islam)”. Dan makna dari kalimat amin adalah Ya Allah kabulkanlah untuk kami. (Zubdatut Tafsir) PENJELASAN TAMBAHAN Mungkin banyak dari kita yang tidak menyadari bahwa sebuah surat yang sudah kita hafalkan bersama dan kita baca sebanyak minimal 17x dalam sehari adalah sebuah surat yang berfungsi sebagai ayat ruqyah. Ya benar, al-Fatihah adalah salah satu surat yang bisa dipakai sebagai pengusir gangguan jin yang mengganggu dan penyakit jika dibaca dengan niat demikian. Hal ini bukanlah sebuah hal yang mengada-ngada, bahkan telah dipraktekkan oleh sebagian sahabat Nabi dan bahkan dijelaskan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, tentang kisah seorang sahabat yang melewati sebuah kaum yang kepala sukunya sedang sakit. Maka sahabat tersebut membacakan ruqyah dengan al-Fatihah maka sembuhlah kepala suku tersebut dan mendapatkan hadiah kambing. Akan tetapi pembahasan fiqih hadits tersebut tidak dapat kami sampaikan di sini karena pada artikel ini kami hanya fokus menyebutkan list ayatnya saja, yakni ayat-ayat yang dapat dipakai untuk meruqyah. Ayat Ruqyah #2: Ayat Kursi اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ Arab-Latin: allāhu lā ilāha illā huw, al-ḥayyul-qayyụm, lā ta`khużuhụ sinatuw wa lā na`ụm, lahụ mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, man żallażī yasyfa'u 'indahū illā bi`iżnih, ya'lamu mā baina aidīhim wa mā khalfahum, wa lā yuḥīṭụna bisyai`im min 'ilmihī illā bimā syā`, wasi'a kursiyyuhus-samāwāti wal-arḍ, wa lā ya`ụduhụ ḥifẓuhumā, wa huwal-'aliyyul-'aẓīm Terjemah Arti: Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. — Surat Al-Baqarah Ayat 255 Terjemahan Tafsir Bahasa Indonesia (Isi Kandungan) Allah adalah Dzat yang tidak ada yang berhak dihadapkan padanya uluhiyah dan ubudiyah kecuali Dia, Yang Maha hidup yang mempunyai seluruh hakikat kehidupan yang sempurna, sesuai dengan keagunganNya, lagi Maha mengatur segala sesuatu, tidak mengantuk dan tidak tidur. Semua yang ada di langit dan seluruh yang ada di bumi adalah milikNya. Tidak ada seorangpun yang berani maju memberikan syafaat di sisiNya kecuali dengan izinNya. pengetahuanNya meliputi segala makhluk-makhluk yang ada, yang ada di masa lalu, sekarang dan di masa yang akan datang. Dia mengetahui perkara-perkara yang akan terjadi di hadapan makhluk-makhluk berupa hal-hal yang terjadi di masa yang akan datang, dan apa yang telah terjadi di belakang mereka berupa perkara-perkara masa lalu. Dan tidak seorang pun dari makhluk yang mengetahui sedikit saja dari ilmuNya selain apa yang Allah ajarkan dan tampakkan kepadanya. Dan kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan kursi ini adalah tempat dua kaki Allah jalla jalaluh. Dan tidak ada yang mengetahui bentuknya selain Allah. Memelihara keduanya tidaklah memberatkan Allah. Dan Dia Maha tinggi dengan Dzat dan sifat-sifatNya di atas semua makhlukNYa, yang menghimpun seluruh sifat keagungan dan kebesaranNya. Ayat ini merupakan ayat paling agung di dalam Al-Quran dan dinamakan dengan sebutan Ayat Kursi. (Tafsir al-Muyassar) 255. Allah lah Żat yang tiada tuhan yang berhak disembah selain Dia semata dan tidak ada duanya. Yang Mahahidup dengan kehidupan yang sempurna, tidak ada kematian dan tidak ada kekurangan. Yang Maha Mengurus, Yang Mengurus segala sesuatu sendirian, tidak membutuhkan bantuan dari satupun makhluk-Nya. Karena Dia lah semua makhluk ini bisa berdiri, sehingga mereka semua senantiasa membutuhkan-Nya dalam kondisi apapun juga. Dia tidak pernah dilanda rasa kantuk dan tidak pernah tidur, karena kesempurnaan sifat kehidupan dan kepengurusan-Nya. Dia lah satu-satunya pemilik apa yang ada di langit dan di bumi. Tidak ada seorangpun yang dapat memberikan syafaat kepada orang lain di sisi-Nya kecuali setelah mendapatkan izin dan restu-Nya. Dia mengetahui semua urusan makhluk-Nya yang telah terjadi di masa lalu dan yang belum terjadi di masa depan. Mereka tidak mengetahui apa yang diketahui oleh Allah kecuali sebagian kecil yang Dia kehendaki untuk Dia tunjukkan kepada mereka. Kursi-Nya -yaitu tempat kedua kaki Rabb- meliputi seluruh langit dan bumi yang luas dan besar ini. Dia tidak pernah merasa keberatan atau kesulitan untuk menjaga keduanya. Dan Dia Mahatinggi di dalam Żat dan sifat-sifat-Nya, lagi Mahaagung di dalam kerajaan dan kekuasaan-Nya. (Tafsir al-Mukhtashar) 255. Allah satu-satunya Dzat berhak disembah, yang berhak menjadi Tuhan, Dzat yang Maha Hidup kekal selama-lamanya, Dzat yang berkuasa mengatur, menjaga dan memelihara makhlukNya. Dia tidak ditimpa dan dikuasai rasa kantuk dan tidur. Miliknya itu seluruh langit dan bumi sebagai kerajaan, ciptaan dan hamba. Tidak ada yang bisa memberikan syafaat kecuali dengan saizinNya. IlmuNya meliputi segala sesuatu di dunia dan akhirat. ilmuNya atau kuasaNya mencakup segala sesuatu. Tindakan menjaga langit dan bumi itu tidak memberatkan dan menggangguNya. Dialah Dzat yang Maha Tinggi maqamnya, yang Maha Kuasa lagi Maha Menaklukkan. Dialah Dzat yang memiliki keluhuran, kebesaran, dan keagungan yang tiada tandingannya. Imam Muslim meriwayatkan dalam shahihnya dari Ubay bin Ka’b bahwa Nabi SAW bersabda tentang ayat kursi terkait maknanya: “Sesungguhnya ayat kursi itu seagung-agung ayat dari kitab Allah SWT” (Tafsir al-Wajiz) 255. اللهُ لَآ إِلٰهَ إِلَّا هُوَ (Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia) Yakni tidak ada yang berhak disembah kecuali Dia. الْحَىُّ (Yang Hidup kekal ) Yakni lawan kata dari kematian. Dan Allah memiliki kehidupan yang sempurna tidak sirna atau berubah. Dan kehidupan-Nya tidak terdapat kekurangan. الْقَيُّومُ ۚ ( lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)) Yakni yang senantiasa mengurus dan menjaga makhluk-Nya. سِنَةٌ ( tidak mengantuk) Yakni apa yang terjadi sebelum tidur seperti Lelah dan menutupnya kedua mata. مَن ذَا الَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ (Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya ) Yakni tidak ada dari makhluk-Nya yang mampu memberi manfaat untuk makhluk lainnya dengan syafaat maupun yang lainnya selama Allah belum mengizinkan pemberi syafaat. يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ (Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka ) Yakni yang dihadapan mereka berupa kehidupan akhirat. وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ (dan di belakang mereka ) Yakni kehidupan di dunia. وَسِعَ كُرْسِيُّهُ (Kursi Allah meliputi (langit dan bumi)) Diriwayatkan dari Ibnu Abbas: al-Kursi adalah tempat kedua kaki. Dan diriwayatkan dari Imam Bukhari dari Said bin Jubair, al-Kursi adalah ilmu-Nya; pendapat ini dikuatkan oleh Imam at-Thabari. Dan pendapat lain mengatakan, al-Kursi adalah ‘Arsy itu sendiri. وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ (Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya ) Yakni penjagaan langit dan bumi tidak memberatkan Allah Ta’ala, dan tidak mendapatkan sedikitpun kesusahan dari hal itu. الْعَلِىُّ ( dan Allah Maha Tinggi) Yakni Maha Tinggi dari makhluk-makhluk-Nya dengan ketinggian-Nya dan kekuasaan-Nya atas mereka. Ayat ini disebut juga dengan ayat kursi, dan diriwayatkan hadist-hadist yang shahih bahwa ayat ini adalah ayat yang paling utama dalam al-Qur’an. Dari Ubay bin Ka’ab bahwa Rasulullah bertanya kepadanya: menurutmu ayat mana di kitab Allah merupakan ayat yang paling utama? Lalu ia menjawab: ayat kursi. Rasulullah bersabda: “Semoga dipermudahkan ilmu bagimu, Abu Munzir”. Dan dari Asma’ binti Yazid bin as-Sakan ia berkata: aku mendengar Rasulullah bersabda dalam dua ayat ini (الله لا إله إلا هو الحي القيوم) dan (آلم الله لا إله إلا هو الحي القيوم) bahwa didalamnya terdapat nama Allah yang paling agung. (Zubdatut Tafsir) Ayat Ruqyah #3: Dua (2) Ayat Terakhir Surat al-Baqarah آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ Arab-Latin: āmanar-rasụlu bimā unzila ilaihi mir rabbihī wal-mu`minụn, kullun āmana billāhi wa malā`ikatihī wa kutubihī wa rusulih, lā nufarriqu baina aḥadim mir rusulih, wa qālụ sami'nā wa aṭa'nā gufrānaka rabbanā wa ilaikal-maṣīr Terjemah Arti: Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". — Surat Al-Baqarah Ayat 285 Terjemahan Tafsir Bahasa Indonesia (Isi Kandungan) Rasulullah sholallohu alaihi wasallam membenarkan dan meyakini(kebenaran) wahyu yang di wahyukan kepadanya dari tuhannya.dan kaum mukminin pun demikian juga,mereka meyakini kebenaran nya dan mengamalkan isi al-qur’an al-azhim. Masing-masing dari mereka mengimani Allah sebagai tuhan dan sembahan yang memiliki sifat sifat keagungan dan kesempurnaan, dan mengimani sesungguhnya Allah memiliki malaikat-malaikat yang mulia, Dia menurunkan kitab kitab suci dan mengutus rasul-rasul kepada makhlukNYA. kami (kaum mukminim), tidak mengimani sebagian dari mereka saja, dan mengingkari sebagian yang lain. Akan tetapi kami mengimani mereka semuanya. Rasul dan kaum mukminin mengatakan, ”kami mendengar wahai tuhan kami,apa yang engkau wahyukan, dan kami taat dalam setiap ketetapan. kami berharap Engkau sudi mengampuni dosa-dosa kami dengan kemurahanMU. Engkaulah dzat yang mengurus kami dengan karunia yang Engkau limpahkan kepada kami. dan hanya kepadaMU lah tempat kembali dan tempat kesudahan kami.” (Tafsir al-Muyassar) 285. Rasulullah Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- beriman kepada semua yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya. Begitu juga dengan orang-orang mukmin. Mereka semua beriman kepada Allah, beriman kepada semua malaikat-Nya, semua kitab suci yang diturunkana kepada para Nabi, dan semua Rasul yang diutus-Nya. Mereka beriman kepada para Rasul itu seraya mengatakan, “Kami tidak membeda-bedakan antara Rasul yang satu dengan Rasul yang lain.” Dan mereka mengatakan, “Kami siap mendengarkan apa yang Engkau perintahkan kepada kami dan apa yang Engkau larang untuk kami. Kami taat kepada-Mu dengan melaksanakan apa yang Engkau perintahkan dan menjauhi apa yang Engkau larang. Dan kami memohon kepada-Mu, ya Rabb kami, agar Engkau berkenan mengampuni kami, karena sesungguhnya hanyalah Engkau satu-satunya tempat kami kembali dalam segala urusan.” (Tafsir al-Mukhtashar) 285. Nabi SAW beriman kepada ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya, begitu juga orang-orang mukmin. Masing-masing mereka beriman hanya kepada Allah, malaikat, kitab-kitab yang telah diturunkan, dan para rasul yang menyampaikan risalah yang diturunkan kepada mereka. Mereka berkata: “Kami orang-orang mukmin tidak membedakan-bedakan para rasul antara satu dengan yang lainnya, namun kami mengimani mereka semua” Nabi dan orang-orang mukmin berkata: “Kami memperhatikan dan menaati perintah, maka ampunilah kami wahai Tuhan, Hanya kepadamulah tempat kembali dan berlindung ketika hari kebangkitan” Ayat ini turun setelah ayat {Lillahi maa fissamawati wa ma fil ardhi …} ketika para sahabat beranggapan bahwa mereka akan disalahkan hanya karena niat. Lalu rasulullah SAW bersabda kepada mereka: “Apakah kalian akan mengucapkan perkataan sebagaimana ahli kitab “Kami mendengar dan kami mengingkaringa”? (Jangan!) Tapi katakanlah “Sami’naa wa Atha’na …”” (Tafsir al-Wajiz) 285. ءَامَنَ الرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِۦ (Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya ) Setelah Allah menyebutkan banyak hukum-hukum dalam surat ini kemudian Allah menyebutkan kebesaran diri-Nya dengan firmannya (لله ما في السماوات وما في الأرض) kemudian menyebutkan pembenaran Rasulullah kemudian menyebutkan pembenaran orang-orang mukmin terhadap itu semuanya lewat firman-Nya: ءَامَنَ الرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِۦ Yakni Rasullullah membenarkan seluruh hal-hal yang telah disebutkan ini, begitupula dengan kaum mukminin yang membenarkan Allah (dan juga seterusnya). وَمَلٰٓئِكَتِهِۦ (malaikat-malaikat-Nya ) Yakni dari sisi wujud keberadaan mereka, dan bahwa mereka adalah hamba-hamba-Nya yang mulia dan menjadi perantara antara Dia dan nabi-nabi-Nya dalam penyampaian apa yang berasal dari-Nya. وَكُتُبِهِۦ (kitab-kitab-Nya) Karena kitab-kitab tersebut mengandung syariat-syariat yang denganya para hamba beribadah. وَرُسُلِهِۦ ( dan rasul-rasul-Nya) Karena mereka adalah penyampai kepada hamba-hamba-Nya apa yang diturunkan kepada mereka. لَا نُفَرِّقُ (Kami tidak membeda-bedakan ) Yakni mereka berkata: kami tidak membeda-bedakan. بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِۦ ۚ (antara seseorangpun dari rasul-rasul-Nya ) Yakni dengan yang lain. Akan tepati kami beriman kepada mereka semua. وَقَالُوا۟ (dan mereka mengatakan ) Yakni Rasulullah dan orang-orang beriman mengatakan. سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ (Kami dengar dan kami taat ) Yakni kami mengetahui dengan pendengaran kami, dan kami telah memahaminya dan mentaatinya, dan kami jawab seruan-Mu ya Tuhan kami. غُفْرَانَكَ (Ampunilah kami ) Yakni ampunilah kami wahai tuhan kami. (Zubdatut Tafsir) لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ lā yukallifullāhu nafsan illā wus'ahā, lahā mā kasabat wa 'alaihā maktasabat, rabbanā lā tu`ākhiżnā in nasīnā au akhṭa`nā, rabbanā wa lā taḥmil 'alainā iṣrang kamā ḥamaltahụ 'alallażīna ming qablinā, rabbanā wa lā tuḥammilnā mā lā ṭāqata lanā bih, wa'fu 'annā, wagfir lanā, war-ḥamnā, anta maulānā fanṣurnā 'alal-qaumil-kāfirīn Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". — Surat Al-Baqarah Ayat 286 Ajaran agama Allah itu mudah,tidak ada unsur kesulitan di dalamnya. Allah tidak menuntut dari hamba-hambanya sesuatu yang tidak mereka sanggupi. Barangsiapa yang mengerjakan kebajikan, maka akan memperoleh ganjaran baik, dan barangsiapa yang berbuat keburukan, maka akan memperoleh balasan yang buruk. Wahai tuhan kami, jangan Engkau menyiksa kami jika kami lupa terhadap sesuatu yang Engkau wajibkan atas kami atau kami berbuat salah dengan melakukan sesuatu yang Engkau larang untuk dikerjakan. Wahai tuhan kami janganlah Engkau bebani kami dengan amalan-amalan yang berat yang telah Engkau bebankan kepada umat-umat yang berbuat maksiat sebelum kami sebagai hukuman bagi mereka. Wahai tuhan kami, janganlah Engkau membebankan kepada kami perkara yang kami tidak mampu memikulnya, baik dalam bentuk bentuk perintah-perintah syariat dan musibah musibah. Dan hapuskanlah dosa-dosa kami dan tutuplah kekurangan-kekurangan kami dan sudilah berbuat baik kepada kami. Engkau adalah penguasa urusan kami dan pengaturnya. maka tolonglah kami menghadapi orang orang yang mengingkari agamaMU dan mengingkari keesanMU serta mendustakan nabiMU,Muhammad sholallohu alaihi wasallam, dan jadikanlah kesudahan yang baik bagi kami di hadapan mereka di dunia dan akhirat. (Tafsir al-Muyassar) 286. Allah tidak membebani seseorang kecuali dengan sesuatu yang sanggup dilakukannya, karena agama Allah dibangun di atas asas kemudahan, sehingga tidak ada sesuatu yang memberatkan di dalamnya. Barangsiapa berbuat baik, dia akan mendapatkan ganjaran atas apa yang dia lakukan, tanpa dikurangi sedikitpun. Dan barangsiapa berbuat buruk, dia akan memikul dosanya sendiri, tidak dipikul oleh orang lain. Rasulullah dan orang-orang mukmin berdoa, “Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau salah dalam perbuatan atau ucapan yang tidak kami sengaja. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebani kami dengan sesuatu yang memberatkan dan tidak sanggup kami jalankan, sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami yang Engkau hukum atas kezaliman mereka, seperti orang-orang Yahudi. Dan janganlah Engkau pikulkan kepada kami perintah maupun larangan yang memberatkan dan tidak sanggup kami jalankan. Maafkanlah dosa-dosa kami, ampunilah diri kami, dan sayangilah kami dengan kemurahan-Mu. Engkaulah pelindung dan penolong kami. Maka tolonglah kami dalam menghadapi orang-orang kafir. (Tafsir al-Mukhtashar) 286. Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai kemampuannya. Baginya itu pahala atas perbuatan baik yang dia usahakan, baginya pula dosa atas perbuatan buruk yang dia usahakan. Orang-orang mukmin berkata: “Wahai Tuhan, janganlah engkau menghukum Kami atas kelupaan yang kami lakukan bukan karena kehendak kami, dan juga kesalahan dalam tindakan yang tidak sesuai dengan niatan kami. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami sesuatu yang tidak mampu kami pikul, yang di dalamnya mengandung penderitaan berlebih tidak seperti biasanya. Rahasiakanlah dosa-dosa dan kesalahan kami, berilah kami rahmat yang luas dengan keutamaan dan kamuliaanMu. Engkaulah wali (Dzat yang diserahi segala urusan kami) dan penolong kami, jadi selamatkanlah kami atas kaum yang mengingkari nikmatMu, yang menyembah selainMu.” Dalam hadits shahih dijelaskan dari Nabi SAW bahwa setelah masing-masing doa ini diucapkan Allah SWT berfirman “Sungguh Aku telah mengabulkannya”. Dan Jibril berkata kepada Nabi SAW: “Bergembiralah dengan dua cahaya yang telah diberikan kepadamu yang tidak diberikan kepada seorang nabi pun sebelum dirimu, yaitu surah Al-Fatihah, dan ayat-ayat terakhir surah Al-Baqarah. Kamu tidak akan pernah bisa membaca satu huruf pun dari ayat-ayat itu kecuali kamu diberinya” (Tafsir al-Wajiz) 286. لَا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ (Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya ) Makna (التكليف) adalah urusan yang didalamnya terdapat kesukaran, beban dan pengurasan tenaga. لَهَا مَا كَسَبَتْ(Ia mendapat pahala yang diusahakannya) Yakni baginya pahala atas kebaikan yang ia lakukan وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ( dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya) Yakni dosa dari keburukan. رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ( Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah) Diriwayatkan sebuah hadist bahwa para sahabat ketika berdo’a dengan do’a ini, Allah menjawab: “Iya, Aku telah melakukannya”. Maka diangkatlah dosa kesalahan yang tidak disengaja dah lupa dari mereka. وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا ۚ (janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami ) Makna (الإصر) adalah pembebanan yang berat, urusan yang rumit, dan pekerjaan yang keras. Sebagaimana Bani Israil diperumit urusan mereka seperti, membunuh diri sendiri (untuk bertaubat)memotong kain yang terkena najis. Dan ayat ini mengajarkan orang-orang mukmin untuk meminta kepada Allah agar tidak dibebani dengan beban yang berat sebagaimana yang dibabankan kepada umat-umat sebelumnya. رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ ۖ( Ya Tuhan kami,. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya ) Yakni beban yang berat yang hampir tidak mungkin untuk dipikul. وَاعْفُ عَنَّا (Beri maaflah kami ) Yakni atas dosa-dosa kami dengan penghapusan dan pengampunan. وَاغْفِرْ لَنَا ( ampunilah kami) Yakni tutupilah dosa-dosa kami. وَارْحَمْنَآ ۚ( dan rahmatilah kami ) Yakni muliakanlah kami dengan rahmat dari-Mu. أَنتَ مَوْلَىٰنَا (Engkaulah Penolong kami ) Yakni wali dan penolong kami, dan Engkau adalah Tuhan kami sedangkan kami adalah hamba-hamba-Mu. فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِينَ (maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir ) Karena salah satu hak atas Tuhan adalah menolong hamba-Nya. Terdapat hadist shahih dari Rasulullah bahwa Allah berfirman setiap doa ini selesai dipanjatkan: “Iya, Aku telah melakukannya”, sehingga mereka tidak dihukum sedikitpun atas kesalahan yang tak disengaja dan lupa, tidak membebani mereka dengan beban berat yang telah dibebankan kepada orang-orang sebelum mereka, tidak membebani mereka diatas kemampuan mereka, dan memaafkan, mengampuni, merahmati, menolong mereka atas orang-orang kafir. Alhamdulillah Robbil ‘Alamiin. Ya Allah jadikanlah kami termasuk orang-orang yang Engkau muliakan dengan pemberian-peberian tersebut. Dari Ibnu ‘Abbas Ia berkata: Ketika Jibril sedang duduk di sisi Nabi saw., dia mendengar suara di atasnya, kemudian mengangkat kepalanya dan berkata: Ini adalah pintu dari langit yang dibuka pada hari ini dan tidak pernah dibuka sebelumnya, lalu seorang malaikat turun kemudian mendatangi Nabi lalu berkata, Bergembiralah dengan dua cahaya yang diberikan kepadamu, yang tidak diberikan kepada seorang Nabi pun sebelumnya, yaitu Fatihat al-kitab dan ayat-ayat akhir dari surat al-Baqarah. Engkau tidak membaca satu huruf pun dari ayat-ayat itu kecuali engkau diberinya. (Zubdatut Tafsir) PENJELASAN TAMBAHAN Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan bahwa jika sebuah rumah dibacakan kedua ayat terakhir dari surat al-Baqarah di dalamnya, maka syaitan tidak akan mau masuk ke dalam rumah tersebut selama tiga hari. Maka kedua ayat terakhir dari surat yang paling panjang dalam al-Qur’an ini sangat layak untuk dibacakan saat kita melakukan ruqyah, baik ruqyah kepada orang lain ataupun ruqyah kepada diri sendiri. Ayat Ruqyah #4: Al-Falaq قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ Arab-Latin: qul a'ụżu birabbil-falaq Terjemah Arti: Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, — Surat Al-Falaq Ayat 1 Terjemahan Tafsir Bahasa Indonesia (Isi Kandungan) katakanlah (wahai rasul), “aku berlindung dan bernaung kepada Tuhan yang menguasai al falaq,yaitu waktu shubuh.” (Tafsir al-Muyassar) 1. Katakan wahai Rasul, “Aku berpegang teguh pada Allah Pemilik subuh dan berlindung kepada-Nya. (Tafsir al-Mukhtashar) Keutamaan Mu’awwidzatain: Imam Muslim, Imam Ahmad, Tirmidzi dan An-Nasa’I dari Uqbah bin Amir yang berkata bahwa Rasulallah SAW bersabda: “Apakah kamu mengetahui bahwa ada beberapa ayat yang diturunkan pada malam ini, yang mana belum pernah ada ayat yang menyerupainya. Ayat-ayat itu adalah {Qul A’uudzu bi rabbil falaq} [QS Al-Falaq: 113/1] dan {Qul A’uudzu bi rabbin naas} [QS An-Naas: 114/1]”. Tirmidzi mengatakan dan dibenarkan oleh Al-Baihaqi dari Abu Sa’id Al-Khudzri yang berkata “Rasulallah SAW meminta pertolongan dari intaian jin dan manusia. Dan ketika surah Mu’awwidzatain ini diturunkan, beliau membaca kedua surah ini dan meninggalkan apapun selain itu” 1. Katakanlah wahai Nabi: “Aku berlindung kepada Tuhannya Pagi yang memecah kegelapan malam dengan cahayanya sehingga malam terbelah dan menjadi pagi” (Tafsir al-Wajiz) 1. قُلۡ اَعُوۡذُ بِرَبِّ الۡفَلَقِۙ (Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh) Makna (الفلق) yakni subuh, karena malam telah keluar darinya. Pendapat lain mengatakan: yakni segala yang keluar dari segala yang diciptakan Allah, baik itu hewan, subuh, biji, dan semua tanaman dan lainnya. Dan terdapat pendapat mengatakan: ini merupakan isyarat bahwa Dia berkuasa untuk menghilangkan gelap gulita dari alam semesta, maka Dia juga mampu untuk melindungi orang yang meminta perlindungan kepada-Nya dari segala yang dia takuti. (Zubdatut Tafsir) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ min syarri mā khalaq dari kejahatan makhluk-Nya, — Surat Al-Falaq Ayat 2 Dari keburukan seluruh makhluk dan gangguan mereka. (Tafsir al-Muyassar) 2. Dari kejahatan makhluk-makhluk yang mengganggu. (Tafsir al-Mukhtashar) 2. Aku berlindung kepada Allah dari keburukan makhluk-makhlukNya (Tafsir al-Wajiz) 2. مِنۡ شَرِّ مَا خَلَقَۙ‏ (dari kejahatan makhluk-Nya) Yakni aku berlindung kepada Allah dari segala keburukan yang datang dari setiap makhluk yang diciptakan Allah. (Zubdatut Tafsir) وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ wa min syarri gāsiqin iżā waqab dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, — Surat Al-Falaq Ayat 3 Dan dari keburukan malam yang sangat gelap apabila ia datang dan menyebar,dan yang  ada padanya dari keburukan-keburukan dan gangguan-ganguan (Tafsir al-Muyassar) 3. Dan aku berpegang teguh kepada Allah dari kejahatan yang muncul pada malam hari, dari hewan melata maupun pencuri. (Tafsir al-Mukhtashar) 3. وَمِنۡ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ‏ (dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita) Yakni dan aku berlindung kepada-Nya dari keburukan malam jika telah datang. Dikatakan: karena pada malam hari hewan-hewan buas keluar dari liangnya, dan orang-orang jahat mulai keluar untuk berbuat kerusakan. (Zubdatut Tafsir) وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ wa min syarrin-naffāṡāti fil-'uqad dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, — Surat Al-Falaq Ayat 4 Dan juga dari keburukan wanita-wanita penyihir yang meniup dalam simpul-simpul yang mereka jalin dengan tujuan menyihir. (Tafsir al-Muyassar) 4. Dan aku berpegang teguh kepada Allah dari kejatahan para penyihir yang meniup pada ikatan-ikatan tali. (Tafsir al-Mukhtashar) 3-4. Dan Aku berlindung kepada Allah dari keburukan malam saat aku bertemu makhluk (jahat) dalam kegelapannya. “Al-Ghasiq” adalah malam yang kegelapannya sangat pekat. Dan kata “Waqab” artinya adalah kegelapan malam menjadi semakin pekat. Aku berlindung kepada Allah dari keburukan para tukang sihir yang merusak manusia dengan sihirnya. “An-Nafatsat” adalah bentuk jamak dari kata “An-Nafatsah”. An-Naftsu adalah tiupan ringan. ‘Uqad adalah jamak dari kata “’uqdah” yaitu sesuatu yang dijerat menggunakan tali atau semacamnya, sehingga ikatan itu terurai. Allah memerintahkan Jibril untuk membantu Rasulallah SAW, lalu dia berkata:”Dengan menyebut nama Allah, aku membantumu dari setiap hal yang menyakitimu, yaitu dari pendengki dan pengintai, dan Allah akan menyembuhkanmu”. Maka berkuranglah pengaruh sihir ini terhadap Nabi yang semata-mata terjadi di urusan dunia saja (tidak berhubungan dengan wahyu) ketika beliau dalam keadaan agak sakit. Itu menunjukan gambaran peristiwa itu. Gambaran itu terjadi ketika dalam keadaan bermimpi. (Tafsir al-Wajiz) 4. وَمِنۡ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الۡعُقَدِۙ (dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul) Yakni dan aku berlindung kepada-Nya dari keburukan penyihir-penyihir wanita, sebab mereka meniup ikatan tali ketika akan melakukan sihir. (Zubdatut Tafsir) وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ wa min syarri ḥāsidin iżā ḥasad dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki". — Surat Al-Falaq Ayat 5 Dan dari keburukan orang  hasad, pembenci manusia apabila ia iri kepada mereka atas sesuatu yang Allah berikan kepada mereka, ia ingin agar nikmat-nikmat itu hilang dari mereka dan ingin menimpakan gangguan kepada mereka.” (Tafsir al-Muyassar) 5. Dan aku berpegang teguh kepada Allah dari kejahatan pendengki apabila ia berbuat sesuatu akibat dorongan kedengkiannya.” (Tafsir al-Mukhtashar) 5. Aku meminta perlindungan kepada Allah dari buruknya kedengkian, yaitu orang yang berangan-angan agar kenikmatan orang yang dia cemburui hilang. Jika kedengkiannya sudah merasuk (dalam diri) maka dia akan berusaha menghilangkan kenikmatan yang dimiliki orang yang dicemburui. Sihir, intaian, kedengkian dan hal lain yang serupa itu tidak akan bisa membahayakan DzatNya, namun atas kehendak Allah, pengaruh dari hal-hal ini hanya menyentuh bagian luar saja. (Tafsir al-Wajiz) 5. وَمِنۡ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ (dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki) Dengki adalah harapan agar kenikmatan yang diberikan Allah kepada seseorang dapat hilang darinya. (Zubdatut Tafsir) Ayat Ruqyah #3: An-Naas قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ Arab-Latin: qul a'ụżu birabbin-nās Terjemah Arti: Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. — Surat An-Nas Ayat 1 Terjemahan Tafsir Bahasa Indonesia (Isi Kandungan) Katakanlah wahai rasul, "aku berlindung dan bernaung kepada tuhannya manusia yang mahakuasa satu-satunya untuk menolak keburukan was-was." (Tafsir al-Muyassar) 1. Katakanlah wahai Rasul, “Aku berpegang teguh pada Rabb manusia dan berlindung kepada-Nya." (Tafsir al-Mukhtashar) 1. Katakanlah wahai Nabi: Aku berlindung dan meminta perlindungan kepada Allah yaitu Dzat yang Maha Menciptakan, membimbing dan mengurus urusan-urusan manusia (Tafsir al-Wajiz) 1. قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ (Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia) Tuhan manusia yakni Dzat yang menciptakan mereka, mengatur urusan mereka, dan memperbaiki keadaan mereka. (Zubdatut Tafsir) مَلِكِ النَّاسِ malikin-nās Raja manusia. — Surat An-Nas Ayat 2 Raja manusia yang bertindak terhadap segala urusan mereka,mahakaya,tidak membutuhkan mereka. (Tafsir al-Muyassar) 2. Raja manusia, yang berbuat terhadap manusia sekehendak-Nya, tidak ada raja lain selain-Nya. (Tafsir al-Mukhtashar) 2. Dzat yang Maha Merajai manusia, sebagai Raja sepenuhnya, Hakim dan Pengatur urusan-urusan mereka (Tafsir al-Wajiz) 2. مَلِكِ النَّاسِ (Raja manusia) Yakni Raja hakiki dan penguasa sejati. (Zubdatut Tafsir) إِلَٰهِ النَّاسِ ilāhin-nās Sembahan manusia. — Surat An-Nas Ayat 3 Tuhan sembahan manusia yang tidak ada sesembahan yang haq kecuali Dia (Tafsir al-Muyassar) 3. Sesembahan mereka yang benar, tidak ada sesembahan lain yang benar bagi manusia selain Dia. (Tafsir al-Mukhtashar) 3. Dzat yang disembah manusia dengan sebenar-benarnya, dan nama Tuhan itu hanya dikhususkan untuk Allah SWT, dan tidak ada satupun sekutu bagiNya. Ini adalah tiga sifat Allah, yaitu Rububiyyah, Malik, dan Uluhiyyah (Mendidik, Merajai dan Menjadi Tuhan) (Tafsir al-Wajiz) 3. إِلٰهِ النَّاسِ (Sembahan manusia) Yakni sesembahan manusia; sebab raja belum tentu menjadi sesembahan, maka Allah menjelaskan di sini bahwa hanya Dia-lah sesembahan manusia. (Zubdatut Tafsir) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ min syarril-waswāsil-khannās Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, — Surat An-Nas Ayat 4 Dari gangguan setan yang berbisik saat lalai dan bersembunyi saat berdzkir kepada Allah . (Tafsir al-Muyassar) 4. Dari kejahatan setan yang menimpakan bisikannya kepada manusia tatkala ia lalai dari zikir kepada Allah, dan yang lari dari manusia jika ia mengingat Allah-. (Tafsir al-Mukhtashar) 4. مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ (Dari kejahatan (bisikan)) Yakni setan. الْخَنَّاسِ(syaitan yang biasa bersembunyi) Jika nama Allah disebut maka setan akan bersembunyi dan mengecil, namun jika tidak disebut nama Allah maka ia akan membesar dan melakukan bisikannya. (Zubdatut Tafsir) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ allażī yuwaswisu fī ṣudụrin-nās yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, — Surat An-Nas Ayat 5 Yang meniupkan keburukan dan keraguan keraguan dalam jiwa manusia. (Tafsir al-Muyassar) 5. Setan itu menyusupkan bisikannya ke dalam hati manusia. (Tafsir al-Mukhtashar) 4-5. Aku berlindung kepada Allah SWT dari kejahatan makhluk yang selalu memberikan kegelisahan. Dia menyalurkan dalam diri manusia pesan-pesan jahat dan buruk. Makhluk yang biasa bersembunyi. Makhluk yang bersembunyi dan pergi ketika melihat sesuatu yang mencegahnya yaitu dzikrullah SWT. Makhluk yang memberikan sesuatu yang menyesatkan dan membahayakan dalam hati manusia (Tafsir al-Wajiz) 5. الَّذِى يُوَسْوِسُ فِى صُدُوْرِ النَّاسِ (yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia) Bisikannya adalah ajakannya agar diataati dengan suara tersembunyi yang disampaikan ke hati tanpa terdengar. (Zubdatut Tafsir) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ minal-jinnati wan-nās dari (golongan) jin dan manusia. — Surat An-Nas Ayat 6 dari setan-setan jin dan manusia (Tafsir al-Muyassar) 6. Setan itu dari golongan jin juga dari golongan manusia. (Tafsir al-Mukhtashar) 6. Makhluk yang memberikan kegelisahan itu ada yang berasal dari golongan jin: mereka adalah makhluk yang tersembunyi dan tidak dapat diketahui kecuali oleh Allah SWT. Adapun Setan yang berasal dari golongan jin adalah jin yang jahat. Dia membuat gelisah hati manusia. Makhluk itu juga ada yang berasal dari golongan manusia yang selalu memberi kegelisahan dengan (menyampaikan) hal buruk. Setan yang berasal dari golongan manusia adalah orang yang memamerkan bahwa dirinya adalah penasehat, kemudian dia menyelipkan dalam perkataannya sesuatu yang buruk. Kata “min” bayaniyyah fungsinya untuk menjelaskan makhluk yang menggelisahkan itu, yaitu sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh mata. (Tafsir al-Wajiz) Kemudian Allah menjelaskan bahwa yang membisikkan itu berasal dari dua jenis; jenis manusia dan jenis jin. Dia berfirman: 6. مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (dari (golongan) jin dan manusia) Setan dari jenis jin membisikkan ke dada manusia, sebagaimana telah dijelaskan; sedangkan setan dari jenis manusia, maka ia membisikkan ke dada manusia dengan menampakkan diri sebagai orang yang menasehati dan mengasihinya, sehingga perkataannya dapat masuk ke dalam hati. Dikatakan bahwa Iblis juga membisikkan godaannya ke dalam dada manusia. Ibnu Abbas berkata: tidaklah seseorang dilahirkan melainkan dalam hatinya terdapat setan; jika ia berzikir kepada Allah maka setan itu akan bersembunyi, namun jika ia lalai dari zikir maka ia akan kembali membisikkan.” (Zubdatut Tafsir)

Referensi: https://tafsirweb.com/37730-ayat-ayat-ruqyah.html

Tidak ada komentar: